1. Kopi arabika (arabica coffee)
Di dunia ini ada sekitar 70 spesies pohon kopi, dari yang berukuran
pendek seperti semak belukar hingga pohon dengan tinggi mencapai 12
meter. Namun, secara umum ada 2 spesies pohon kopi yang paling dikenal
dan paling banyak dikonsumsi orang sedunia. Kedua spesies itu adalah
Kopi Arabika dan Kopi Robusta
Kopi Arabika yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah kopi arabica yang berasal dari spesies pohon kopi Coffee Arabica. Kopi jenis inilah yang paling banyak diproduksi, yaitu sekitar lebih dari 60 persen produksi kopi dunia. Kopi arabika menghasilkan jenis kopi yang terbaik. Daerah ideal tempat tumbuhnya ada pada ketinggian di atas 1.000 meter dari atas permukaan laut. Di bawah ketinggian itu, arabika tak bisa tumbuh dengan baik.
Spesies yang tinggi pohonnya bisa mencapai di atas 6 meter ini memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5 persen serta memiliki jumlah kromoson sebanyak 44. Kopi inilah yang pertama masuk ke Indonesia pada abad XVIII. Segera setelah dibudidayakan, arabika asal Jawa memimpin produksi kopi dunia. Sehingga di beberapa negara Kopi disebut Java. Hanya saja penyakit yang dibawa hemileia vasatrix menghancurkan tanaman arabika di Jawa pada tahun 1878. Lalu, masuklah kopi robusta yang lebih bandel terhadap penyakit
Kopi Arabika biasanya dinamakan oleh dermaga di mana mereka diekspor, dua yang tertua adalah Mocha dan Jawa. Namun, lambat laun perdagangan kopi modern memberikan data yang lebih spesifik perihal asal-muasal kopi tersebut, melabelkan kopi atas dasar negara, wilayah dan kadang ladang pembuatnya.
Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70 persen pasar kopi dunia. Kopi arabika memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi ditanam. Anda bisa menemukan kopi toraja, mandailing, kolumbia, brasilia, dan lain sebagainya. Antara kopi arabika yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa.
Berikut ciri-ciri kopi arabika:
Kopi Arabika yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah kopi arabica yang berasal dari spesies pohon kopi Coffee Arabica. Kopi jenis inilah yang paling banyak diproduksi, yaitu sekitar lebih dari 60 persen produksi kopi dunia. Kopi arabika menghasilkan jenis kopi yang terbaik. Daerah ideal tempat tumbuhnya ada pada ketinggian di atas 1.000 meter dari atas permukaan laut. Di bawah ketinggian itu, arabika tak bisa tumbuh dengan baik.
Spesies yang tinggi pohonnya bisa mencapai di atas 6 meter ini memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5 persen serta memiliki jumlah kromoson sebanyak 44. Kopi inilah yang pertama masuk ke Indonesia pada abad XVIII. Segera setelah dibudidayakan, arabika asal Jawa memimpin produksi kopi dunia. Sehingga di beberapa negara Kopi disebut Java. Hanya saja penyakit yang dibawa hemileia vasatrix menghancurkan tanaman arabika di Jawa pada tahun 1878. Lalu, masuklah kopi robusta yang lebih bandel terhadap penyakit
Kopi Arabika biasanya dinamakan oleh dermaga di mana mereka diekspor, dua yang tertua adalah Mocha dan Jawa. Namun, lambat laun perdagangan kopi modern memberikan data yang lebih spesifik perihal asal-muasal kopi tersebut, melabelkan kopi atas dasar negara, wilayah dan kadang ladang pembuatnya.
Kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70 persen pasar kopi dunia. Kopi arabika memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi ditanam. Anda bisa menemukan kopi toraja, mandailing, kolumbia, brasilia, dan lain sebagainya. Antara kopi arabika yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa.
Berikut ciri-ciri kopi arabika:
- Aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah. Hidup di daerah yang sejuk dan dingin.
- Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta.
- Memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut.
- Rasa kopi arabika lebih mild atau halus.
- Kopi arabika juga terkenal pahit.
Kopi dari spesies Coffea Arabica memiliki rasa yang kaya daripada Coffea Robusta. Kopi Arabika memiliki banyak varietas. Tiap varietas memiliki ciri yang unik. Beberapa varietas yang terkenal meliputi:
- Kopi Kolombia (Colombian coffee) – pertama kali diperkenalkan di Kolombia pada awal tahun 1800. Saat ini kultivar Maragogype, Caturra, Typica dan Bourbon ditanam di negeri ini. Jika langsung digoreng, kopi Kolombia memiliki rasa dan aroma yang kuat. Kolombia adalah penghasil kopi kedua terbesar di dunia setelah Brasilia. Sekitar 12% kopi di dunia dihasilkan di negara ini
- Kopi Jawa (Java coffee) — dari pulau Jawa di Indonesia. Kopi ini sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.
- Sumatra Mandheling dan Sumatra Lintong — Mandheling dinamakan menurut suku Batak Mandailing di Sumatra utara di Indonesia. Kopi Lintong dinamakan menurut nama tempat Lintong di Sumatra utara.
- Kopi Gayo (Gayo Coffee) — berasal dari Dataran Tinggi Gayo — Gayo adalah nama Suku Asli di Aceh — yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
- Sulawesi Toraja Kalosi — Ditanam di daerah pegunungan tinggi di Sulawesi. Kalosi adalah nama kota kecil di Sulawesi, yang merupakan tempat pengumpulan kopi dari daerah sekitarnya. Toraja adalah daerah pegunungan di Sulawesi tempat tumbuhnya kopi ini. Kopi dari Sulawesi ini memiliki aroma yang kaya, tingkat keasaman yang seimbang (agak sedikit lebih kuat dari kopi Sumatra) dan memiliki ciri yang multidimensional. Warnanya coklat tua. Kopi ini cocok untuk digoreng hingga warnanya gelap. Karena proses produksinya, kopi ini dapat mengering secara tidak teratur. Walau demikian biji yang bentuknya tidak teratur ini dapat memperkaya rasanya.
- Kopi Luwak- salah satu varietas kopi Arabika yang telah dimakan oleh luwak kemudian dikumpulkan dan diolah. Rasa dan aroma kopi ini khas dan menjadi kopi termahal di dunia.
2. Kopi Robusta
Secara umum ada 2 spesies pohon kopi yang paling dikenal dan
paling banyak dikonsumsi orang sedunia. Kedua spesies itu adalah Kopi
Arabika dan Kopi Robusta.
Kopi Robusta dikenal juga sebagai Coffee Canephora. Secara
umum spesies kopi yang tinggi pohonnya bisa mencapai 12 meter ini lebih
tahan terhadap cuaca dan hama penyakit, serta mudah pemeliharaannya
dibandingkan kopi arabika. Kopi Robusta bisa hidup di bawah ketinggian
1.000 meter di atas permukaan laut. Hasil panennya pun lebih banyak.
Namun, soal rasa, robusta memang tak bisa menandingi arabika
Untuk setiap berat yang sama, kadar kafein robusta lebih tinggi
ketimbang arabika, yakni mencapai 2,8 persen serta memiliki jumlah
kromosom sebanyak 22. Rasanya lebih netral, serta aroma kopinya yang
terasa lebih kuat. Saat disangrai, aroma yang keluar lebih menusuk
hidung dibandingkan aroma kopi robusta. Saat ini, sekitar sepertiga
produksi kopi dunia ialah dari kopi robusta. Salah satu faktornya, kopi
ini lebih mudah perawatannya dibandingkan jenis arabika, sehingga biaya
produksinya juga murah. Karena itu, harga biji kopi robusta dipasaran
jauh lebih murah ketimbang biji kopi arabika. Karena lebih murah, maka
kopi robusta kebanyakan digunakan untuk pembuatan kopi instan.
Di Indonesia, kopi robusta masuk belakangan, yaitu di tahun 1900-an
ketika arabika habis diserang penyakit di tahun 1878. Kopi robusta yang
lebih tahan terhadap hama dianggap sebagai alternatif yang tepat
terutama untuk perkebunan kopi di daerah dataran rendah. Kopi jenis ini
segera menyebar ke daerah lain, khususnya Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, dan Aceh. Sebaliknya, varietas kopi arabika yang
tersisa menempati lahan-lahan pertanian sempit pada ketinggian antara
900-1.000 meter di atas permukaan air laut, seperti di daerah Aceh
(Takengon), Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (Toraja).
Karena itu, meski masuk belakngan, kopi robusta saat ini merajai
produksi kopi Indonesia. Sembilan puluh persen kopi di Indonesia adalah
robusta dan jadilah Indonesia produsen kopi robusta terbesar di dunia.
3. Kopi Luwak
Salah
satu jenis kopi yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah kopi
dari Indonesia yang dinamakan Kopi Luak atau lebih sering disebut dengan
Kopi Luwak (bahasa Inggrisnya : Civet Coffee). Biji Kopi Luwak
ini diambil dari biji kopi yang telah dimakan dan melewati saluran
pencernaan binatang bernama luwak, atau dalam kalimat lain diambil dari
kotoran luwak, yang proses pencernaannya konon bisa memberikan tambahan
citrarasa tersendiri.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus),
senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk
buah kopi sebagai makanannya. Setelah dimakan, biji kopi yang keras dan
tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini,
hingga kini selalu diburu para petani kopi, karena diyakini berasal
dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam
perut luwak. Rasa kopi luwak ini juga memang benar-benar berbeda dan
spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Dilihat dari harganya, boleh dibilang Kopi Luwak adalah jenis kopi termahal di dunia. Di pasaran dunia, harganya berkisar $150 per 500 gram dan bisa lebih. Untuk pasar Jepang dan Amerika Serikat dijual berdasarkan berat, sedangkan di kedai-kedai kopi Asia Tenggara dijual per cangkir.
Untuk pasar dalam negeri saja, biji dari kotoran luwak yang sudah dikeringkan dan tidak berbau harganya sekitar Rp 100.000 per 100 gram. Sementara kopi luwak bubuk yang siap diseduh harganya berkisar Rp 140.000 per 100 gram. Di kedai-kedai kopi di Australia misalnya secangkir kopi luwak dijual dengan harga $33. Harganya yang sangat mahal itu lantaran jumlahnya yang sangat terbatas.
Kopi luwak juga sangat disukai di Eropa, seperti Jerman, karena mempunya kekhasan cita rasa dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Jerman sendiri merupakan pasar terbesar di seluruh Eropa dan pasar Jerman merupakan pasar yang sangat penting bagi kopi Indonesia
Dulu biji kopi luwak bisa ditemukan di Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan Sumatera. Namun, saat ini biji kopi luwak ini hanya dihasilkan di Pulau Sumatera seperti di Propinsi Lampung. Terlebih lagi, keberadaan binatang luwak itu sendiri saat ini semakin lama semakin sulit ditemukan. Ada banyak faktor, mulai dari berkurangnya lahan perkebunan kopi hingga semakin berkurangnya satwa luwak di alam liar dan karena perburuan manusia. Bila kondisi semacam itu dibiarkan saja, sangat mungkin kenikmatan kopi yang berasal dari memungut biji-biji kopi dari kotoran luwak itu hanya tinggal mitos belaka.
Perlu dicatat pula bahwasanya nama “Kopi Luwak” sekarang ini telah menjadi merek dagang kopi bubuk kemasan dari sebuah perusahaan kopi. Kopi bubuk kemasan yang satu ini tentu saja berbeda dengan kopi luwak yang dimaksud diatas, dan bila dihilat dari harganya yang relatif murah bisa dipastikan bahwa bubuk kopi yang dijualnya benar-benar bukan berasal dari luwak atau tepatnya “kotoran” luwak
Kemasyhuran kopi ini telah terkenal sampai luar negeri. Dilihat dari harganya, boleh dibilang Kopi Luwak adalah jenis kopi termahal di dunia. Di pasaran dunia, harganya berkisar $150 per 500 gram dan bisa lebih. Untuk pasar Jepang dan Amerika Serikat dijual berdasarkan berat, sedangkan di kedai-kedai kopi Asia Tenggara dijual per cangkir.
Untuk pasar dalam negeri saja, biji dari kotoran luwak yang sudah dikeringkan dan tidak berbau harganya sekitar Rp 100.000 per 100 gram. Sementara kopi luwak bubuk yang siap diseduh harganya berkisar Rp 140.000 per 100 gram. Di kedai-kedai kopi di Australia misalnya secangkir kopi luwak dijual dengan harga $33. Harganya yang sangat mahal itu lantaran jumlahnya yang sangat terbatas.
Kopi luwak juga sangat disukai di Eropa, seperti Jerman, karena mempunya kekhasan cita rasa dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Jerman sendiri merupakan pasar terbesar di seluruh Eropa dan pasar Jerman merupakan pasar yang sangat penting bagi kopi Indonesia
Dulu biji kopi luwak bisa ditemukan di Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan Sumatera. Namun, saat ini biji kopi luwak ini hanya dihasilkan di Pulau Sumatera seperti di Propinsi Lampung. Terlebih lagi, keberadaan binatang luwak itu sendiri saat ini semakin lama semakin sulit ditemukan. Ada banyak faktor, mulai dari berkurangnya lahan perkebunan kopi hingga semakin berkurangnya satwa luwak di alam liar dan karena perburuan manusia. Bila kondisi semacam itu dibiarkan saja, sangat mungkin kenikmatan kopi yang berasal dari memungut biji-biji kopi dari kotoran luwak itu hanya tinggal mitos belaka.
Perlu dicatat pula bahwasanya nama “Kopi Luwak” sekarang ini telah menjadi merek dagang kopi bubuk kemasan dari sebuah perusahaan kopi. Kopi bubuk kemasan yang satu ini tentu saja berbeda dengan kopi luwak yang dimaksud diatas, dan bila dihilat dari harganya yang relatif murah bisa dipastikan bahwa bubuk kopi yang dijualnya benar-benar bukan berasal dari luwak atau tepatnya “kotoran” luwak
4. Kopi Lanang – Peaberry Coffee
Kopi Lanang atau
Peaberry Coffee bukanlah kopi yang khusus dinikmati oleh lanang
(sebutan pria dalam bahasa jawa, red.). Sayang, belum banyak orang tahu
jenis kopi ini. Jenis kopi ini merupakan sebutan untuk biji kopi yang
bulat dan tunggal, tidak terbelah dua seperti biji kopi pada umumnya.
Kopi Lanang didapat dengan menyortir biji kopi jenis Robusta dengan
sangat teliti. Jumlahnya yang sangat jarang membuatnya istimewa. Proses
ini hanya terjadi secara alami dan tidak dapat direkayasa. Dalam sekali
panen, hasilnya sangat sedikit. Sebagai perbandingan, dari 50 kg biji
kopi, setelah disortir hanya terdapat 800 g biji kopi lanang. Selain
itu, jenis kopi ini mempunyai citarasa lebih tinggi, aroma yang lebih
wangi, rasa lebih padat (full). Jenis kopi ini juga dipercaya mampu
meningkatkan kinerja dan menjernihkan pikiran.
Bagi penikmati kopi, sangat cocok mengkonsumsi kopi lanang ini karena kadar caffeinnya sangat tinggi sehingga tidak mudah mengantuk disamping cita rasa kopinya begitu halus. Permintaan Kopi Lanang mulai muncul sejak tiga tahun silam. Sebagian besar berasal dari beberapa kota besar dan pusat wisata. Meski belum sebanyak Kopi Luwak, permintaan kopi lanang kian meningkat.
Permintaan kopi lanang yang tinggi bukan lantaran harganya murah, lo. Harga jual kopi lanang di pasar hampir setara dengan kopi luwak. Penjualan kopi lanang seharga Rp 140.000–Rp 150.000 per kg. Bandingkan dengan harga kopi biasa (arabika atau robusta) yang dijual sekitar Rp 100.000 per kg. Bahkan, di Bali, harga jual kopi lanang jauh lebih mahal bisa mencapai Rp 250.000 per kg.
Di Pulau Dewata, permintaan kopi lanang memang cukup banyak. Biasanya, peminatnya adalah usaha yang berkaitan dengan wisatawan asing (wisman). Sejauh ini, banyak wisman dari Korea Selatan dan Taiwan yang kebetulan sedang ke Bali, mencari kopi lanang sebagai buah tangan ketika kembali ke negara asalnya.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan pasar lokal. Peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak. Maklum, jenis kopi ini belum terlalu dikenal. Baru sebagian dari masyarakat di Pulau Jawa mengetahui adanya kopi lanang. Itu pun sebatas dari kalangan para penggemar kopi.
Nah, para penggemar kopi dari luar negeri yang jauh lebih paham akan citarasa kopi lebih mengenal jenis kopi ini. Mereka bahkan rela membeli dengan harga mahal untuk mendapatkan citarasa tertinggi. Kopi lanang cukup banyak penggemar lantaran rasanya mirip dengan kopi luwak.
Selain sarat dengan kandungan kafein, yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yakin kopi lanang berkhasiat menambah vitalitas kaum pria. Namun, hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.
Bagi penikmati kopi, sangat cocok mengkonsumsi kopi lanang ini karena kadar caffeinnya sangat tinggi sehingga tidak mudah mengantuk disamping cita rasa kopinya begitu halus. Permintaan Kopi Lanang mulai muncul sejak tiga tahun silam. Sebagian besar berasal dari beberapa kota besar dan pusat wisata. Meski belum sebanyak Kopi Luwak, permintaan kopi lanang kian meningkat.
Permintaan kopi lanang yang tinggi bukan lantaran harganya murah, lo. Harga jual kopi lanang di pasar hampir setara dengan kopi luwak. Penjualan kopi lanang seharga Rp 140.000–Rp 150.000 per kg. Bandingkan dengan harga kopi biasa (arabika atau robusta) yang dijual sekitar Rp 100.000 per kg. Bahkan, di Bali, harga jual kopi lanang jauh lebih mahal bisa mencapai Rp 250.000 per kg.
Di Pulau Dewata, permintaan kopi lanang memang cukup banyak. Biasanya, peminatnya adalah usaha yang berkaitan dengan wisatawan asing (wisman). Sejauh ini, banyak wisman dari Korea Selatan dan Taiwan yang kebetulan sedang ke Bali, mencari kopi lanang sebagai buah tangan ketika kembali ke negara asalnya.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan pasar lokal. Peminat kopi lanang di pasar lokal memang belum banyak. Maklum, jenis kopi ini belum terlalu dikenal. Baru sebagian dari masyarakat di Pulau Jawa mengetahui adanya kopi lanang. Itu pun sebatas dari kalangan para penggemar kopi.
Nah, para penggemar kopi dari luar negeri yang jauh lebih paham akan citarasa kopi lebih mengenal jenis kopi ini. Mereka bahkan rela membeli dengan harga mahal untuk mendapatkan citarasa tertinggi. Kopi lanang cukup banyak penggemar lantaran rasanya mirip dengan kopi luwak.
Selain sarat dengan kandungan kafein, yakni sekitar 2,1 persen, banyak orang yakin kopi lanang berkhasiat menambah vitalitas kaum pria. Namun, hingga saat ini memang belum ada penelitian yang sudah membuktikan klaim tersebut.
0 Response to "JENIS KOPI"
Post a Comment